ANGKATAN BALAI PUSTAKA {1920-1932)
Berdirinya Balai Pustaka dilatarbelakangi oleh maraknya bacaan liar dari satra Melayu rendah yabg banyak beredar pada waktu itu. Balai Pustaka menerbitkan karya-karyanya dalam beberapa bahasa, yaitu bahasa Melayu tinggi, Jawa, dan Sunda. Aliran sastra balai pustaka adalah ROMANTISME (Romantis Sentimental)
Adapun ciri-ciri sastra Balai Pustaka antara lain:
1. Memiliki tema kawin paksa
2. Memiliki aliran romantis sentimental
3. Cerita agak dinamis
4. Berbahasa Melayu baru
5. Karya utamanya berbentuk roman
Ini adalah salah satu contoh dari roman angkatan Balai Pustaka. Yang berjudul "Salah Asuhan" Karya Abdul Muis
SASTRA ANGKATAN 20
(ANGKATAN SITI NUR BAYA)
SINOPSIS “SALAH
ASUHAN”
Hanafi,
laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan
kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari
kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat
cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Tapi
cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang
Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para
sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan
pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari
Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.
Akhirnya
ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu Hanafi,
gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan
adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas
budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya
Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan
ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak
mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin
Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya
orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak
laki-laki yaitu Syafei.
Suatu
hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar sembuh.
Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi menikah
dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu
Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah
tetap sabar dan tetap tinggal dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie
ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki
lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju
Semarang. Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal
telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie. Hanafi pun
pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya,Hanafi berkunjung ke
pasar malam dan disana Hanafi bertemu dengan istri dan anaknya yaitu Rapiah dan
Syafei.Hanafi pun meminta maaf kepada istri dan anaknya karena telah
meninggalkan mereka.Hanafi langsung ingin kembali lagi kepada istri dan juga
anaknya tetapi Rapiah tidak mau.Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya
lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri
hidupnya,dan akhirnya dia meninggal dunia.Sebelum meninggal ia berpesan kepada
anaknya Syafei agar tidak meniru perbuatan ayahnya itu.