Kamis, 05 Februari 2015

Welcome To My Blog :)




ANGKATAN BALAI PUSTAKA {1920-1932)


Berdirinya Balai Pustaka dilatarbelakangi oleh maraknya bacaan liar dari satra Melayu rendah yabg banyak beredar pada waktu itu. Balai Pustaka menerbitkan karya-karyanya dalam beberapa bahasa, yaitu bahasa Melayu tinggi, Jawa, dan Sunda. Aliran sastra balai pustaka adalah ROMANTISME (Romantis Sentimental)


Adapun ciri-ciri sastra Balai Pustaka antara lain:
1. Memiliki tema kawin paksa
2. Memiliki aliran romantis sentimental
3. Cerita agak dinamis
4. Berbahasa Melayu baru
5. Karya utamanya berbentuk roman


Ini adalah salah satu contoh dari roman angkatan Balai Pustaka. Yang berjudul "Salah Asuhan" Karya Abdul Muis





SASTRA ANGKATAN 20
(ANGKATAN SITI NUR BAYA)

SINOPSIS “SALAH ASUHAN”

Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.
Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei.

Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie. Hanafi pun pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya,Hanafi berkunjung ke pasar malam dan disana Hanafi bertemu dengan istri dan anaknya yaitu Rapiah dan Syafei.Hanafi pun meminta maaf kepada istri dan anaknya karena telah meninggalkan mereka.Hanafi langsung ingin kembali lagi kepada istri dan juga anaknya tetapi Rapiah tidak mau.Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri hidupnya,dan akhirnya dia meninggal dunia.Sebelum meninggal ia berpesan kepada anaknya Syafei agar tidak meniru perbuatan ayahnya itu.